Welcome Myspace Comments

Selasa, 23 November 2010

POTENSI TRANPORTASI SUNGAI SEBAGAI SOLUSI KEMACETAN DALAM UPAYA MENCAPAI TRANPORTASI BERKELANJUTAN DI KOTA BANJARMASIN

Oleh: Ummu Rahayu
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

email: ummurahayu@yahoo.com




BAB I PENDAHULUAN

Transportasi berkelanjutan ialah upaya untuk mencapai keadaan berkelanjutan terkait transportasi. Konsep transporasi berkelanjutan lebih kepada perlindungan kepada lingkungan seperti pemilihan bahan bakar ramah lingkungan. Transportasi merupakan penyumbang karbondioksida dalam global warming.

“Global warming process significant challenges for cities. The transports sector alone, according to the World Resource Institue (2005), accounts for 24,!% of CO2 emissions worldwide, yet its importance in local commuting, linking the global system of cities, national, regional, and local interaction while fostering sustainable development has yet to be found; no strategy for sustainable transportation system agreed to by all stakeholders across countries so far exists.”(Kassens, 2009: 7)

Tranportasi merupakan faktor karbondioksida pada global warming sebanyak 24,1 % pada tahun 2005. Belum ada solusi dari dampak tranportasi tersebut. Gas pencemar yang dihasilkan tranportasi diperparah dengan adanya kemacetan. Pada saat kemacetan akan terjadi pembakaran tidak sempurna. Hal tersebut disebabkan kecepatan kendaraan yang tidak lagi konstan. Pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas-gas yang dapat menganggu kesehatan manusia dan keseimbangan ekologi. Zat yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna tersebut merupakan zat-zat berbahaya bahkan ada yang dapat menyebabkan kematian pada kadar dan waktu tertentu.

Kemacetan, salah satu dampaaknya adalah pencemaran udara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan suatu bentuk ketidakberlanjutan tranportasi. Hal tersebut dikarenakan tidak sesuainya dampak kemacetan terhadap konsep keberlanjutan yang mengingnkan adanya dampak positif dan seimbang anatra ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, kemacetan sendiri telah menghasilkan dampak negatif pada lingkungan berupa pencemaran udara tersebut. Pencemaran udara sedikit atau banyak, langsung ataupun tidak langsung, dapat mempengaruhi lingkungan secara lokal dan global. Penumpukan zat-zat pencemar yang tidak lagi sesuai dengan kemampuan lingkungan untuk menetralisir zat tersebut dapat merusak lingkungan itu sendiri.
Kemacetan di perkotaan merupakan masalah yang tidak ada habisnya. Permasalah tersebut terjadi di berbagai perkotaan di Indonesia dari Jakarta hingga ke perkotaan di Kalimantan, yaitu Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Banjarmasin sendiri merupakan kota yang padat, cukup kumuh, dan dipenuhi permukiman di bantaran sungai. Kota Banjarmasin dijuluki “Kota Seribu Sungai”. Hal tersebut disebabkan banyaknya sungai-sungai baik besar maupun kecil yang mengaliri Kota Banjarmasin. Kehidupan masyarakat Banjarmasin telah lama dekat dengan sungai. Salah satu aktivitas sungai yang terkenal dari kota ini ialah adanya pasar terapung. Pasar terapung menjadi daya tarik tersendiri bahkan berpotensi untuk dijadikan objek wisata. Alat angkut yang digunakan di pasar ini perlu dikembangkan. Alat angkut yang digunakan berupa perahu tanpa mesin yang disebut masyarkaat lokal sebagai “jukung”.

Banjarmasin sebagai “Kota Seribu Sungai” dimaksimalkan oleh pemerintah. Hal ini ditunjukkan oleh adanya budaya yang beralih pada penggunaan tranportasi darat daripada tranportasi sungai. Sejak dibangunnya transportasi darat, budaya tersebut bahkan sumber daya berupa sungai pun menurun. Terjadinya permasalahan berupa pengurukan dan pembuangan sampah ke sungai menjadi perihal yang perlu ditangani untuk melestarikan sungai. Sampah dapat mengurangi minat seseorang untuk menggunakan transportasi sungai. Hal tersebut disebabkan sampah dapat menguragi aspek keindahan. Sampah juga dapat membuat sungai menjadi dangkal sehingga sulit untuk dilayari. Ini merupakan masalah yang sudah ke level parah sehingga mengurrangi kemampuan sungai untuk dijadikan prasarana transportasi sebagai solusi kemacetan. Keadaan sungai yang kehilangan kemampuannya untuk menjadi prasarana transportasi sungai tersebut telah terjadi di sungai-sungai di Jakarta. Hal ini perlu dicegah pada sungai-sungai di Kota Banjarmasin.

Transportasi sungai merupakan transportasi yang bebas macet. Apalagi angkutan yang digunakan dalam tranportasi sungai sering kali ialah anguktan umum. Angkutan umum itu sendiri merupakan salah satu usaha untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi. Kemacetan dapat ditekan disebabkan jumlah kendaraan pribadi berkurang. Berkurangnya kemacetan berarti berkurang pula dampak negatifnya terhadap ekonomi, berupa pemborosan BBM, sosial berupa gangguan kesehatan, dan lingkungan berupa penghasil karbondioksida pemicu global warming.
Kemacetan di Banjarmasin sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab kemacetan di perkotaan umumnya disebabkan kapasitas jalan yang tidak lagi memenuhi jumlah kendaraan yang lewat. Penyebab lainnya ialah adanya kecelakaan, parkir di badan jalan, perilaku pengendara, dan lainnya. Kemacetan di Kota Banjarmasin dapat saja disebabkan beberapa faktor yang telah disebutkan.

Kemacetan di Kota Banjarmasin tergolong parah. Hal ini tunjukkan dengan banyaknya upaya-upaya untuk menangani masalah tersebut. Beberapa contoh upaya penanganan kemacetan di Kota Banjarmasin ialah pembangunan jalan-jalan lingkar. Hal ini tentunya tidak akan memberikan sumbangan banyak mengingat jumlah kendaraan bermotor di Kota Banjarmasin terus meningkat. Upaya ini akan lebih maksimal lagi dengan adanya pemanfaatan potensi sungai di Kota Banjarmasin. Pemanfaatan tersebut berupa penghidupan kembali transportasi sungai.

Untuk menghidupkan transportasi sungai tersebut perlu diketahui bagaimana gambaran keberadaan sungai di Kota Banjarmasin serta sungai apa saja yang dapat dilayari. Selain itu, perlu diketahui masalah lainnya yang harus diselesaikan demj menunjang kelancaran transportasi sungai. Pengembangan tranportasi sungai di Kota Banjarmasin perlu dilakukan disebabkan hal tersebut dapat mengurangi kemacetan. Hal ini telah terbukti di Kota Bangkok. Adanya pengembagan terhadap sungai Chao Phraya yang dijadikan objek wisata dimanfaatkan para pekerja yang ingin menghindari macet untuk berangkat bekerja melalui angkutan umum di sungai tersebut. Pengelolaan transportasi sungai atau pemanfaatan transortasi sungai di Bangkok ini dapat diterapkan pula di Indonesia terutama di Kota Banjarmasin.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini. Intinya ialah pada keberadaan sungai yang dapat dijadikan potensi dikembangkannya transportasi sungai untuk mengatasi kemacetan di Kota Banjarmasin. Transportasi sungai yang ada di Bangkok diuraikan dalam makalah ini agar menjadi gambaran bagi pembaca kemudian dihubungkan dengan kemampuan sungai-sungai di Kota Banjarmasin untuk diterapkannya transportasi seperti pada Kota Bangkok terssebut. Selain itu, dipaparkan pula permasalahan yang perlu dibenahi dalam pengelolaan sungai sebagai prasarana transportasi di Kota Banjarmasin. Adanya potensi sungai diharapkan mampu menjadi solusi kemacetan di Kota Banjarmasin. Dengan begitu, Kota Banajrmasin semakin mendekati apa yang disebut “keberlanjutan” terkait tranportasi atau transportasi berkelanjutan.

Potensi sungai di Kota Banjarmasin diharapkan dapat dikembangkan oleh pemerintah setempat untuk mengatasi masalah kemacetan di Kota Banajrmasin. Selain itu, sungai dengan transportasinya dapat dikembangkan sebagai objek wisata seperi di Sungai Chao Phraya. Potensi sungai dapat menjadi solusi yang tepat bagi masalah kemacetan di Kota Banajrmasin dengan pengelolaan yang tepat pula. Untuk mewujudkan pengelolaan tersebut diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak yaitu masyarakat, lembaga masayrakat, dan pemerintah untuk mengelola sungai tersebut. Adanya informasi tentang pergeseran budaya masyrakat Banjarmasin, yaitu lebih menggunakan transportasi darat daripada transportasi sungai diharapkan menjadi masukan pada pemerintah setempat agar diselesaikan. Transportasi sungai tanpa budaya yang melekat di dalamnya tidak akan hidup. Tranportasi sungai dengan adanya keterlibatan masayarakat di dalamnya mampu menjadi transportasi tersebut sebagai solusi kemacetan yang tepat.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Transportasi Berkelanjutan
Miro (2005: 4) mengartikan transportasi sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke temppat lain, di mana di tempat lain tersebut objek lebih bermanfaat atau dapat berguna unuk tujuan-tujuan tertentu. Pengertian lebih sederhana dijelaskan oleh Nasution (2004: 15), yaitu pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Berdasarkan pengertian tersebut, Nasution menyimpulkan bahwa proses pengangkutan atau transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan dimulai, ke tempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan diakhiri.

Transportasi menurut Siregar dalam Astati (1998) dalam Sapta (2009: 11) bberfungsi sebagai pengangkutan untuk menambah nilai sumber daya menjadi lebih tinggi di tempat tujuan daripada asalnya yang berupa nilai tempat (place utility) dan nilai waktu (time utility). Transportasi perkotaan adalah semua aktivitas perjalanan yang berada di wilayah tersebut (Sapta: 2009: 11).

Transportasi berkelanjutan merupakan spesifikasi dari pembangunan berkelanjutan (Litman, 2003 dalam Steg & Gifford, 2005: 60), sedangkan pembangunan berkelanjutan itu sendiri diartikan Litman sebagai keseimbangan yang tepat antara lingkungan, sosial, dan kualitas ekonomi kini dan masa depan.

Gambar 2.1
Pembangunan Berkelanjutan


Sumber: http://kt.hostei.com/1_8_issues-and-themes.html

Menurut Goodwin (1996: 60), “One definition of sustainability refers to ‘meeting the needs of the present without compromising the ablitiy of future generations to meet their own needs’”. Menurut Goodwin, keberlanjutan mengacu pada pemenuha kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generari mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pengertian keberlanjutan menurut Goodwin ini hampir sama dengan pengertian pembangunan berkelanjutan berdasarkan laporan Komisi Sedunia tentang Lingkungan dan Pembangunan (WCED, 1987) dalam Soemarwoto (2009: 14), yaitu pembangunan yang mengusahakan dipenuhinya kebuthan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Soemarwoto menarik kesimpulan dari pengertian tersebut, bahwa pembangunan berkelanjutan mengandung arti dukungan lingkungan secara terus-menerus karena sumber daya sebagai modal pembangunan tidak habis. Modal itu, menurut Soemarwoto, berupa modal buatan manusia seperti ilmu, teknologi, prasarana pembangunan) dan sumber daya alam seperti fungsi ekologi alam.
Tranportasi berkelanjutan mengacu pada pengertian dari OECD (1994) dalam Widiantono (2009: 32), yaitu:

“Transportasi berkelanjutan merupakan satu transportasi yang tidak menimbulkan dampak yang mambahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebuhan mobilitas yang ada secara konsisten dengan memperhatikan: (a) penggunaan sumberdaya terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat regenerasinya; (b) penggunaan sumber daya tidak terbarukan ada tingkat yang lebih rendah dari ingkat pengembangan sumberdaya alternative yang terbarukan.”

Widianto (2009: 32-33) menguraikan konsep transportasi berkelanjutan sebagai “… gerakan yang mendorong penggunaan teknologi ramah ligkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat.” Selebihnya, Widianto menjelaskan transportasi berkelnjutan dalam konteks perencanaan kota diterjemahkan sebagai upaya peningkatan fasilitas bagi komunitas bersepeda, pejalan kaki, fasilitas komunikasi, penyediaan transportasi umum massal yang murah dan ramah lingkungan, dan pengurangan kendaraan pribadi. Konsep transportasi berkelanjtan lainnya menurut Widianto ialah mendorong upaya pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk mengurangi kebutuhan pergerakan orang dan barang melalui penerapan konsep teleconference, teleworking, teleshopping, tele commuting, maupun pengembangan kawasan tertentu diperkotaan yang dapat mengurangi kebutuhan mobilitas penduduk antarkawasan.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, transportasi merupakan spesifikasi dari pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa transportasi berkelanjutan ialah upaya untuk mencapai keberlanjutan dalam bidang transportasi. Sosial, lingkungan, dan ekonomi menjadi indikator keberhasilan transportasi berkelanjutan sebagaimana indikator pembangunan berkelanjutan. Raad dalam Pedoman Kriteria Transportasi menyebutkan bahwa transportasi berkelanjutan memiliki prinsip-prinsip sebagai berkut:

1. Aksesibilitas untuk semua orang
Sistem transportasi yang dibuat harus dapat diakses oleh berbagai pihak/seluruh lapisan masyarakat termasuk penyandang cacat dan lansia.

2. Kesetaraan sosial
Aksesibilitas transportasi tidak ditujukan pada kelompok sosial tertentu saja tetapi seluruhnya.

3. Keberlanjutan lingkungan
Transportasi harus dapat menjaga keseimbangan ekologi. Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam hal ini ialah pemilihan bahan bakar yang seharusnya ramah lingkungan.

4. Kesehatan dan keselamatan
Polusi yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna kendaraan dapat menganggu pernafasan dan menyebabkan kanker. Perilaku pengendara yang tidak memperhatikan rambu lalu lintas dan pengaturan rambu lalu lintas yang tidak tepat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Hal-hal tersebut merupakan salah satu contoh dalam aspek kesehatan dan keselamatan yang harus ditekan dalam transportasi berkelanjutan.

5. Partisipasi masyrakat dan transparansi
Aspek ini lebih kepada sebagai bentuk pemihakan kepada masyarakat. Masukan dari masyarakat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses perencanaan, implementasi, dan pengelolaan sistem transportasi. Aspek ini mencakup pula transparasi dalam pengelolaan transportasi.

6. Biaya rendah dan ekonomis
Transportasi seharusnya rendah dan terjangkau dengan kualitas pelayanan yang baik pula. Aspek ini dapat dicapai dengan strategi penetapan tarif pelayanan transportasi sesuai kelas.

7. Informasi
Aspek ini berkaitan dengan penyampaian latar belakang pemilihan sistem transportasi. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat terlibat dalam pelaksanaan dan pengelolaan sistem transportasi memiliki pemahaman sehingga menjadi terarah.

8. Advokasi
Advokasi merupakan penguatan dari berbagai pihak. Hal ini demi mewujudkan transportasi yang tidak lagi memihak pengguna kendaraan bermotor semata.

9. Peningkatan kapasitas
Peningkatan kapasitas yang dimaksud ialah agar pengelolaan transportasi tidak hanya fokus pada kendaraan bermotor tetapi juga sistem transportas yang ramah dan memihak masyarakat.

10. Jejaring kerja
Jejaring kerja ini dapat digunakan untuk bertukar informasi.

Transportasi dalam sosial berperan sebagai pengembang wilayah. Transportasi memudahkan seseorang untuk mencapai suatu tempat tertentu. Suatu tempat yang menarik dapat meningkatkan jumlah penduduk di dalamnya. Aksesibilitas ke suatu tempat menyebabkan tempat tersebut berkembang. Hal ini akan meningkatkan jumlah penduduk sehingga diperlukan tempat tinggal atau tempat berkegiatan yang lebih luas di daerah tersebut. Dengan demikian, tranportasi dapat memperluas perkembangan suatu wilayah.

Transportasi juga berperan penting dalam bidang ekonomi. Tranportasi memudahkan pengangkutan bahan mentah dan hasil produksi. Hal ini menyebabkan proses produksi berlangsung lebih cepat dan biaya yang lebih hemat sehingga keuntungan yang diperoleh meningkat pula. Proses produksi yang lebih cepat dapat memenuhi permintaan dengan cepat pula sehingga permintaan terus meningkat. Perananan ekonom dalam transportasi dijelaskan oleh Morlok dalam Pangaribuan (2005) dalam Sapta (2009: 13):

  • Transportasi memperbesar jangkauan akan sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu daerah.
  • Pemakaian sumber daya lebih efisien karena ada pengkhususan dan pembagian kerja yang baik.
  • Adanya transportasi membuat penyaluran barang-barang kebuttuhan tersalur dengan baik dan sampai tujuannya.

2.2 Transportasi Sungai
Angkutan sungai termasuk ke dalam angkutan perairan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan Di Perairan, angkutan sungai dan daunau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewa yang dselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau.

Transportasi sungai termasuk ke dalam ASDP atau Angkutan Sungai, Danau, dan Penyebrangan (Nasution, 2004: 172). Sistem transportasi merupakan interaksi antara prasarana, sarana, dan sistem pengoperasian yang megoordinasikan prasarana dan sarana (Miro, 2005: 15). Jika diaplikasikan dalam tranportasi sungai, prasarana yang dimaksud ialah sungai dan terminal atau pelabuhan. Sarana dalam tranportasi sungai berupa kapal, perahu, speedboat, atau kendaraan sungai lainnya. Sarana pengoperasian dalam tranportasi air meliputi lembaga-lembaga pemerintah dan instansi terkait misalnya Dinas Perhubungan yang mengoordinasikan sarana dan prasarana transportasi sungai. Selain itu, sarana pengoperasian meliputi pula teknologi informasi yang digunakan dan program atau strategi dalam pengelolaan transportasi sungai. Sistem ASDP menurut Nasution (2004: 172) meliptui alat angkut berupa kapal sungai, alur pelayaran berupa rambu-rambu, pengerukan sungai, telekomunikasi, navigasi dan kapal inspeksi, dan terminal berupa kade, terminal gudang, kantor, depot BBM, listrik, dan air.

2.3 Manfaat Transportasi Sungai dalam Transportasi Berkelanjutan
Transportasi sungai tergolong dalam angkutan perintis yang ditujukan untuk membuka daerah terisolir, mengembangkan ekonomi leih merata, danmeningkatkan ketahanan dan keamanan nasional (Nasution, 2004: 1990). Nasution menjelaskan pula bahwa dampak manfaat dan keuntungan yang dapat diraih mmasyarakat akan tercermin dari perkembangan perekonomian regional, khususnya lintas-lintas yang mempunyai kaitan langsung dengan angkutan penyeberangan dan angkutan sungai. Angkutan sungai menurut Nasution (2004: 173) perlu dikembangkan sebagai alternative jalan raya ataupun sebaga satu-satunya moda angkutan yang dapat dikembanngkan di suatu daerah dan pada umumnya angkutan sungai tersebut jauh lebih murah daripada angkutan jalan raya.

Transportasi sungai selain menguntungkan dari segi ekonomi, juga merupakan altenatif mengatasi kemacetan. Transportasi sungai terbukti dapat mengatasi kemacetan lalu lintas jalan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fachrie & Fani (2007), yaitu tranportasi sungai dan kanal di Kota Bangkok bisa digunakan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas jalan raya. Hal ini disebabkan perahu lebih dipilih masyarkat sebagai moda tranportasi. Selain itu, dalam hasil penelitian Fachrie & Fani disebutkan transportasi sungai menjadi solusi kemacetan kaena ada pilihan jalur transportasi yang besa macet, murah, dan aman. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa transportasi sungai dapat menjadi solusi kemacetan jika dikelola dengan baik. Transportasi sungai di Kota Bangkok dijadikan pula sebagai penunjang pariwisata.

2.4 Kemacetan Sebagai Ketidakberlanjutan Transportasi Darat
Kemacetan lalulintas terjadi bila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan yaitu pada kondisi lalulintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil (Sumadi, 2006: 17). Menurut Sapta (2009: 11) kemacetan juga merupakan indikasi yang mana permintaan kendaraan yang melintas medekati atau melebihi kapasitas desain infrastruktur transportasi Definisi lainnya berdasrkan teknik tata letak lalu lintas dalam Sapta (2009: 12) adalah suatu kondisi di mana arus lalu lintas terhambat namun masih bejalan, yang dapat terjadi akibat:
a. Arus kendaraan yang melewati jalan telah melampaui kapasitas jalan
b. Adanya perbaikan jalan
c. Bagian jalan tertentu yang longsor
d. Terjadinya banjir sehingga memperlambat kendaraa
e. Erilaku pemakai jalan yan tidak taat lalu lintas
f. Terjadinya kecelakaan lalu lintas sehingga terjadi gangguan kelanaran
g. Kesalahan teknis dari rambu lalu lintas

Menurut Sapta (2009: 7), “Kondisi kemacetan mempengaruhi efisiensi perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya, baik berupa barang maupun manusianya itu sendiri”. Kemacetan merupakan bentuk ketidakberlanjutan dalam transportasi. Hal ini disebabkan kemacetan menimbulkan kerugian dari sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Dampak kemacetan berupa kerugian materi atau ekonomi dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian materi yang secara langsung dapat dirasakan menurut Napitulu & Bangun (2004: 1) ialah pemborosan bahan bakar minyak. Hal ini berkaitan dengan pelaku pergerakan. Bahkan Ndolu (2010) menyebutkan bahwa ada korelasi positif antara kemacetan arus lalu lintas dan ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan selain pemborosan bahan bakar, pengeluaran tambahan yang dibebankan kepada warga akibat kemacetan ialah belanja onderdil yang meningkat dan timbulnya penyakit fisik dan psikis (Ndolu, 2010). Seacara tidak langsung, masyarakat mengalami kerugian akibat keterlambatannya di kantor. Keterlambatan pada pertemuan-pertemuan penting kenegaraan dan keterlambatan ke kantor tersebut dapat memperlambat laju perekonomian negara. Sapta (2009: 7) menyebabkan hilangnya opportunity cost yang mana waktu yang seharusnya dapat dimaksimalkan untuk aktivitas ekonomi atau yang lainnya, banyak dihabiskan di jalanan sehingga pengendara kehilangan benefit tertentu seperti biaya waktu, tenaga, dan lain sebagainya.

Dampak kemacetan pada sosial ialah adanya stres, gangguan kesehatan, dan keselamatan. Sumadi (2006) dalam latar belakang penelitiannya menjelaskan bahwa kemacetan yang ditemukan di area studinya, yaitu Jalan Veteran Yogyakarta, selain menimbulkan kerugian waktu juga menimbulkan kecelakaan bagi pemakai jalan. Hal tersebut dapat disebabkan ketergesa-gesaan, perilaku pengendara, dan melubernya atau panjang kemacetan yang mencapai area berbahaya. Kemacetan berdampak stres disebutkan oleh Sapta (2009: 83).

Dampak kemacetan terhadap lingkungan dapat berupa zat-zat kimia hasil pembakaran tidak sempurna. Hal tersebut dapat menimbulkan pencemaran udara. Pencemaran udara menurut Perkins dalam Chahaya S. (2003: 1) ialah hadirnya satu atau beberapa kontrninan di dalam udara (atmosfer) seperti debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap atau uap dalam kuantitas tertentu yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan manusia,tumbuh-tumbuhan atau hewa maupun benda, sehingga mempengaruhi kehidupan organism maupun benda. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia ialah (Chahaya S., 2003: 5-6):

a. Karbon monoksida (CO)
CO akan beraksi dengan Hb darah menjadi Corboxy-Haemoglobin (CO-Hb) yang menghalangi fungsi Hb sebagai pembawa oksigen ke sel-sel darah. Hal ini dapat menyebabkan gejala keracunan sesak nafas dan penderita pucat.

b. Hidrokarbon (HC)
Jenis zat ini dapat menyebabkan iritasis kulit, mata, hidung, dan tenggorokan. Pembakaran gas tidak sempurna menimbulkan bau yang tajam dan mudah mengikat NO2 sehingga menjadi komponen smog.

c. Nitrogen Oksida (NOx)
Zat ini dapat meracuni paru-paru. Jika kadarnya mencapai 100 ppm, gas ini dapat menyebabkan kematian. Jika kadarnya 5 ppm, dalam 5 menit akan menyebabkan sesak nafas.

d. Sulfur Dioksida (COX)
Zat ini berbau sangat tajam yang menyebabakn gangguan pada sistem pernafasan. Pada kadar 8-12 ppm zat ini menimbulkan iritasi pada mata. Pada kadar 3-5 ppm zat ini menimbulkan bau. Zat ini mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan.

e. Partikulat
Zat ini dapat menimbulkan gangguan pada pandangan disebabkan warnanya yang hitam pekat. Terlebih lagi, zat ini dapat menyebabkan kanker.

f. Timas Hitam (Pb)
Penumpukan zat ini pada hati, ginjal, paru-paru, dan darah mempengaruhi kerja organ tubuh tersebut. Selain itu, zat ini menyebabkan kanker.


BAB III TELAAH
3.1 Gambaran Umum Kota Banjarmasin
Kota Banjarmasin terletak di 3o15’ – 3o22’ LS dan 114o32’ – 114o32’ BT. Kota ini merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Luas Kota Banjarmasin ialah 72 Km2. Batas administratif Kota Banjarmasin ialah:
a. Sebelah barat : Kabupaten Barito Kuala
b. Sebelah timur : Kabupaten Banjar
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Banjar
d. Sebelah Utara : Kabupaten Barito Kuala

3.2 Kemacetan Sebagai Masalah Transportasi Darat di Kota Banjarmasin
Sebagai kota yang tergolong besar, Kota Banjarmasin tidak terlepas dari masalah kemacetan. Kemacetan ini disebabkan oleh pertambahan jumlah kendaraan yang tidak sesuai dengan kapasitas jalan.
Tabel 3.1
Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar Tahun 2006-2008

No.

Jenis Kendaraan

2006

2007

2008

1

Kendaraan roda 4

42.676

44.156

51.923

2

Kendaraan roda 3

314

384

371

3

Kendaraan roda 2

207.910

213.978

242.294


Jumlah

250.900

258.518

294.588

Sumber: Cab. Dinas Pendapatan Kota Banjarmasin dalam http://banjarmasinkota.bps.go.id/?set=viewDataDetail&flag_template2=1&id_sektor=35&id=46


Kemacetan merupakan suatu masalah infrastruktur yang sering kali dikeluhkan di Kota Banjarmasin (Matnor dalam Sudi, 2010). Kota Banjarmasin sempat diagendakan akan dibangun jalur lingkar balik selatan dan utara (Kimpraswil Kalsel dalam Banjarmasin Segera Memiliki Jalan Lingkar Penuh, 2008). Pembangunan jalan lingkar tersebut dimaksudkan untuk mengatasi kemacetan di Kota Banjarmasin. Kemacetan di Kota Banjarmasin menyebabkan pemerintah merencanakan pembangunan jalan layang di Jalan A. Yani pada tahun 2011 (Martinus dalam Jalan Layang Urai Kemacetan Kota Banjarmasin, 2010).

Selain akibat jumlah kendaraan bermotor, kemacetan di Kota Banjarmasin disebabkan pula oleh adanya parkir di badan jalan (on street parking). Menurut Narti (2010), kawasan yang sering kali terjadi kemacetan lalu lintas di jam sibuk ialah Jalan S. Parman, Jalan Hasan Basri, Jalan Lambung Mangkurat, Jalan Pangeran Antasari, area depan Masjid Noor, area di samping Pasar Ujung Murung, dan Jalan A. Yani Banjarmasin. Kemacetan di Kota Banjarmasin disebabkan pula oleh perilaku masyarakat yang sering kali menggunakan lajur kiri sebagai tempat pemberhentian pada saat lampu merah (Callista). Hal ini dapat disebabkan kapasitas jalan tersebut tidak mampu menampung jumlah kendaraan.

Selain upaya-upaya yang telah dijelaskan sebelumnya, kemacetan diatasi pula dengan pembuatan jalur lambat di kilometer 1 – 6 pada tahun 2011. Solusi ini merupakan usul dari Pemerintah Kota Banjarmasin yang dijelaskan dalam artikel yang berjudul Jalur Lambat Bakal Sia-Sia dalam Radar Banjarmasin. Bahtiar, dalam artikel tersebut, berpendapat bahwa langkah tersebut sudah tepat dalam hal keamanan bahkan seharusnya diterapkan di ruas-ruas jalan lainnya yang tingkat kepadatannya sudah parah. Hal ini menunjukkan adanya kepadatan lalu lintas yang parah di Kota Banjarmasin. Namun, rencana tersebut dinilai Bahtiar tidak akan berhasil disebabkan banyaknya on street parking atau parkir di badan jalan.

3.2 Potensi dan Permasalahn Tranportasi Sungai di Kota Banjarmasin
Transportasi sungai dapat dijadikan sebagai potensi untuk menanggulangi masalah kemacetan di Kota Banjarmasin. Hal tersebut disebabkan transportasi sungai merupakan transportasi yang bebas dari kemacetan. Selain itu, transportasi sungai mayoritas digunakan sebagai transportasi umum sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Hal tersebut dapat mengurangi pencemaran udara akibat macet dan banyaknya penggunaan kendaraan pribadi di Kota Banjarmasin. Transportasi sungai juga merupakan transportasi yang lebih murah daripada transportasi darat.

Kota Banjarmasin sendiri dijuluki sebagai “Kota Seribu Sungai”. Hal tersebut disebabkan banyaknya sungai-sungai yang mengaliri Kota Banjarmasin. Sungai telah sejak dahulu dekat dengan kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin. Transportasi sungai juga menjadi suatu budaya dalam perangkutan di Kota Banjarmasin. Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya pasar terapung di sungai-sungai di Kalimantan Selatan termasuk Kota Banjarmasin. Pasar tersebut terletak di Sungai Kuin. Alat transportasi yang digunakan pada pasar ini tergolong ramah lingkungan. Hal tersebut disebabkan alal transportasi tersebut tidak menggunakan bahan bakar. Alat trasnportasi tersebut disebut “jukung” atau perahu kecil dengan alat penggerak perahu berupa kayuh. Alat transportasi ini dapat pula digunakan untuk bepergian.

Gambar 3.1
Pasar Terapung Banjarmasin

Sumber: http://alumni4.wordpress.com/2010/01/27/banjarmasin-kota-impian/

Peranan sungai di Kota Banjarmasin ialah (Sari, 2008: 4):
  • Sebagai sumber air minum, tempat mandi dan mencuci pakaian
  • Sebagai prasarana transportasi air yang sangat diandalkan, seperti untuk kegiatan berdagang (mulai dari sandang, pangan sampai papan), untuk mencari ikan di sungai sebagai mata pencaharian, untuk pergi ke kantor, ke sekolah, ke pasar, rekreasi, bersilaturahmi ke tempat keluarga dan aktivitas lainnya.
Hampir semua sungai di Kota Banjarmasin bermuara di Sungai Barito dan Sungai Martapura yang kondisi alirannya dipengaruhi oleh pasang surut Sungai Barito (Sari, 2008: 67). Sari menyebutkan bahwa panjang Sungai Barito ialah 5-10 Km dan lebar 5-60 m. Sari menjelaskan pula pola aliran sungai tersebut dikategorikan ke dalam pola aliran mendaun atau dendritik drainage pattern yang mana jenis pola aliran tersebut dicirikan sebagai cang menuju sungai utama. Sari (2008: 68) juga menjelaskan bahwa sungai dank anal di Kota Banjarmasin masih efektif. Sungai tersebut masih efektif untuk dimanfaatkan sebagai prasarana anngkutan air, menurut Sari. Kanal tersebut pada tahun 2008 berjumlah 27 buah dengan panjang seluruhnya sekitar 74, 42 dan lebar 10-850 m (Sari, 2008; 68). Lebih lanjut Sari menjelaskan bahwa jaringan sungai yang dapat dilayari tersebut membentuk pola radial dari pusat kota menuju ke empat arah, yakni barat laut (Sungai Kuin), timur laut (Sungai Martapura), selatan (Sungai Martapura), selatan (Sungai Kelayan), dan barat daya (Sungai Martapura). Berdasarkan penelitian Sari, terdapat Sungai Barito di sebelah barat di luar Banjarmasin, Sungai Alalak di Utara Kota Banjarmasin. Kedua sungai ini dapat dilayari. Menurut Sari, jangkauan pelayaran sungai tersebut mencapai wilayah kota bagian barat, timur lat, selatan, dan barat daya yang menuju pusat kota.

Hasil penelitian Sari ialah pola jaringan angkutan sungai di Kota Banjarmasin melayani dua trayek yang terdiri dari angkutan sungai antarkota antarprovinsi yang terfokus pada angkutan barang dan trayek angkutan sungai dalam kota. Trayek-trayek angkutan sungai di Banjarmasin tersebut melayani angkutan penumpang barang dan kegiatan perdagangan.

Tabel 3.2
Sungai yang Dapat Dilalui/Dilewati Alat Transportasi di Banjarmasin
Dirinci per Kecamatan Tahun 2008

No.

Kecamatan

Sungai

1

Banjarmasin Selatan

1. Sungai Kelayan

2. Sungai Bagau

3. Sungai Martapura

2

Banajrmasin Timur

1. Sungai Pengambangan

2. Sungai Bilu

3

Banjarmasin Barat

1. Sungai Karukan

2. Sungai Pelambuan

3. Sungai Yapalut

4

Banajrmasin Tengah

1. Sungai Martapura

2. Sungai Baru

5

Banjarmasin Utara

1. Sungai Andai

2. Sungai Barito

3. Sunga Alalak

4. Sungai Kuin

Sumber: Cab. Dinas Pendapatan Kota Banjarmasin dalam http://banjarmasinkota.bps.go.id/?set=viewDataDetail&flag_template2=1&id_sektor=35&id=46


Transporrtasi sungai mempunyai kelebihan daripada tranportasi darat di Kota Banjarmasin. Salah satu kelebihan transportasi sungai tersebut ialah tidak adanya kerusakan jalan yang menghambat perjalanan. Hal ini merupakan potensi terkait terdapatnya kerusakan pada jalan-jalan darat di Kota Banjarmasin. Kondisi jalan yang rusak dapat pula menjadi pemicu kemacetan lalu lintas darat.

Tabel 3.3

Panjang dan Kondisi Jalan di Kota Banjarmasin (Km) Tahun 2008

No.

Keadaan jalan

Jalan Negara

Jalan Propinsi

Jalan Kota


(1)

(2)

(3)

(4)

I

Jenis permukaan:




- Diaspal

13,7

15,83

421.832

- Krikil/pengerasan batu



7.126

- Tanah



29.343

Jumlah

13,7

15,83

458.392

II

Kondisi jalan:




- Baik

11,645

13,46

178. 125

- Sedang

2,055

2,37

190.561

- Rusak



89.705

- Rusak berat




Jumlah

13,700

15,83

458.391

Sumber: Cab. Dinas Pendapatan Kota Banjarmasin dalam http://banjarmasinkota.bps.go.id/?set=viewDataDetail&flag_template2=1&id_sektor=35&id=46





























3.3 Studi Kasus Penerapan Transportasi Sungai Sebagai Solusi Kemacetan di Kota Bangkok
a. Studi Kasus

PENGGUNAAN SUNGAI dan KANAL UNTUK TRANSPORTASI DI KOTA BANGKOK - Presentation Transcript
Oleh: Hanif Noer Fachrie & Novia Alverina Fani
(Sekolah Indonesia Bangkok, Kuala Lumpur, November 2007)

Dalam perkembangan kehidupan manusia, manusia memerlukan dan menciptakan alat transportasi. Sarana transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam menunjang kegiatan hidup manusia sehari-hari. Kota Bangkok adalah salah satu kota yang tingkat kemacetan lalulintasnya tinggi. Pada saat ini terutama di kota besar kemacetan lalu lintas diakibatkan oleh tidak seimbangnya jumlah kendaraan dan panjang jalan. Adanya beberapa pilihan alat transportasi di kota Bangkok Diberdayakannya sungai Chao Phraya dan beberapa kanal (khlong) di kota Bangkok sebagai sarana transportasi dan pariwisata.

LATAR BELAKANG PENGAMATAN
Secara umum kemacetan di Bangkok dan Jakarta hampir sama, semrawut dan macet di sana-sini. Ada perbedaan dalam mencari alternatif sarana transportasi guna mengatasi kemacetan. Di Jakarta, kemacetan coba diatasi antara lain dengan membuat jalan tol, jalur khusus (bus way) dan rencananya monorel. Langkah-langkah di atas juga dilakukan pemerintah Thailand di Bangkok, tetapi dilengkapi dengan memanfaatkan sungai dan kanal yang ada di kota Bangkok untuk sarana transportasi. www.kompas .com Sekarang ini Bangkok tidak semacet Jakarta.

Pengamatan hanya di lakukan di kota Bangkok, karena penulis tinggal di Bangkok dan sering melihat suasana macet di sekitar tempat tinggal dan sekolah Mengamati hanya pada transportasi air, karena transportasi air bebas macet dan menghubungkan banyak perkantoran, pusat perbelanjaan dan juga tempat wisata Ruang Lingkup Pengamatan.

Mengetahui peranan transportasi air di kota Bangkok dalam mengatasi kemacetan lalulintas jalan raya Mengetahui peranan angkutan sungai dan kanal dari sisi pariwisata.

TUJUAN PENULISAN
Mengamati langsung kemacetan di sekitar tempat tinggal dan sekolah Wawancara langsung dengan pengelola dermaga, kondektur dan penumpang perahu Mencoba langsung menggunakan perahu, bis dan tuk-tuk dan membandingkan waktu tempuhnya Mencari data dari beberapa sumber pemerintah maupun media massa tentang transportasi air di Bangkok.

JENIS ALAT TRANSPORTASI DI KOTA BANGKOK
Perahu di Chao Phraya

KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
Hasil Kegiatan Pengumpulan Data
- Pada saat jam berangkat sekolah (pukul 7.30 – 8.00) dan pulang sekolah (pukul 15.30 – 17.00), lalulintas jalan raya sangat padat.
- Mengamati langsung kemacetan di sekitar tempat tinggal dan sekolah Suasana macet di Petchburi Road pada pukul 16.00
Hasil Kegiatan Pengumpulan Data
- Jumlah Perahu : 60 perahu
- Jumlah Pulang-Pergi : 10 kali (pergi 10 kali dan pulang 10 kali)
- Jumlah penumpang/perahu : 100 orang (pada jam sibuk)
Hasil Wawancara dengan Petugas Dermaga Pratunam di kanal Saen Saeb
- Perkiraan jumlah penumpang perahu di kanal Saen Saeb adalah 2000 orang per perahu per hari. Jadi bila ada 60 perahu yang berjalan dalam satu hari maka jumlah keseluruhan penumpang adalah 120.000 orang /hari
- Jam sibuk adalah pada pukul 07.00 – 09.00 di pagi hari dan 16.00 – 18.00 di sore hari
Hasil mencoba langsung naik perahu di kanal Saen Saeb
- Membandingkan waktu tempuh dari Pratunam ke Bang Kapi (Jarak kurang lebih 12,5 km)
- Dengan Perahu 30 menit 48 detik
- Dengan menggunakan bis 1 jam 1 menit 40 detik
- Membandingkan waktu tempuh dari Pratunam ke Bobe Market ( jarak kurang lebih 3 km ) - Dengan perahu 7 menit 34 detik - Dengan tuk-tuk 34 menit 21 detik
H asil mencoba langsung naik perahu Sungai Chao Phraya
- Banyak dermaga di sepanjang sungai Chao Phraya sehingga bisa menghubungkan banyak tempat
- Banyak tempat wisata yang dekat dengan dermaga-dermaga di sungai Chao Phraya seperti Wat Arun, Grand Palace ( Wat Pra Keao ) , dan Wat Pho.
- Di beberapa dermaga terdapat loket untuk pembelian tiket-tiket paket wisata menyusuri sungai Chao Phraya maupun kanal.
- Beberapa tempat wisata di sekitar sungai Chao Phraya Wat Arun Wat Pho Wat Prakaew Grand Palace
Data dari Marine Department
Data dari http:// www.worlbank.org jumlah penumpang yang menggunakan jasa transportasi air adalah lebih dari 360.000 orang/hari.
” Including express boats, long tail boats, river-crossing ferries, there are more than 360.000 passengers per day”
Data dari www.worldbank.org

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN SUNGAI DAN KANAL (KHLONG) UNTUK TRANSPORTASI AIR
- Bebas Macet (waktu tempuh cepat)
- Dermaganya banyak sehingga memudahkan untuk menuju ke tempat tujuan. (menghubungkan banyak perkantoran, mall, pasar dll) Mengurangi kemacetan lalulintas darat (jumlah penumpang perahu banyak) Aman (tidak menambah penumpang jika sudah penuh ) Keuntungan

S i m p u l a n
- Transportasi melalui sungai dan kanal di kota Bangkok bisa digunakan untuk mengatasi kemacetan lalulintas jalan raya karena:
• Banyak penumpang yang menggunakan perahu untuk alat transportasi mereka.
(Data dari Marine Department pada tahun 2006 jumlah penumpang maupun penyeberang di sungai Chao Praya maupun kanal Saen Saeb adalah 342.364 orang per hari.)
• Ada pilihan jalur transportasi yang bebas macet, murah dan aman.
- Selain untuk mengurangi kemacetan, transportasi air di kota Bangkok bisa digunakan untuk menunjang pariwisata. Banyak tempat wisata yang berada di pinggir-pinggir sungai ataupun kanal contohnya Wat Arun, Wat Pho,Grand Palace, Rose garden, Royal Barge Museum dan lain sebagainya. Dengan adanya jalur transportasi air ini maka untuk menuju tempat wisata tersebut semakin mudah dan cepat.

S A R A N
Tidak ada ruginya jika Jakarta juga menyediakan beberapa pilihan sarana transportasi sehingga kemacetan dapat dikurangi. Pemanfaatan sungai untuk transportasi bisa menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi kemacetan Objek wisata yang ada di Jakarta dan sekitarnya juga dapat lebih maju jika sarana transportasi tersedia karena objek wisata kita tidak kalah menarik dibandingkan dengan objek wisata di Bangkok
Sumber: http://www.slideshare.net/omcivics/penggunaan-sungai-dan-kanal-untuk-transportasi-di-kota-bangkok



Transportasi Sungai – Potensi yang Terabaikan
24 Maret 2010

Oleh: Dr.Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si
(Dosen Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor)

Potensi Sungai vs Krisis Energi
Menghadapi krisis energi, potensi sungai perlu mendapatkan perhatian baik sebagai sarana transportasi, sumber energi alternatif, kelestarian lingkungan maupun manfaat lainnya. Sebagai jalur transportasi, peran sungai-sungai di Indonesia nampaknya mulai ditinggalkan dan bergeser ke transportasi moda darat karena adanya anggapan bahwa jalur darat lebih cepat dibandingkan dengan transportasi sungai. Apalagi, pemerintah lebih memprioritaskan peningkatan sarana dan prasarana jalur darat sehingga wilayah-wilayah di jalur sungai agak tertinggal perkembangannya. Padahal, penggunaan jalur trans-Kalimantan dan trans-Sumatera sebagai jalur angkutan industri perkebunan sawit, kayu untuk industri pulp dan pertambangan batu bara dengan beban berlebih cenderung mempercepat kerusakan jalan sehingga mengganggu kelancaran perdagangan antar daerah dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) dan rusaknya prasarana jalan menyebabkan biaya transportasi menjadi lebih mahal sehingga produk pertanian Indonesia semakin tidak kompetitif, karena biaya produksi per unit produk menjadi tinggi. Semestinya kita dapat belajar dari Thailand yang cukup piawai dalam memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi. Di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatera terdapat banyak sungai seperti sungai Barito, Kapuas, Kuin, Martapura dan Melawi di Kalimantan, serta sungai Kampar, Siak dan Musi di Sumatera. Sungai-sungai tersebut cukup potensial sebagai sarana transportasi, namun belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.


Moda Transportasi
Pemilihan moda transportasi selayaknya menjadi pertimbangan utama agar biaya transportasi menjadi ekonomis sehingga dapat meningkatkan dayasaing produk. Tabel 1 menyajikan beberapa pilihan moda transportasi berdasarkan volume produk yang ditangani. Transportasi volume besar umumnya menggunakan truk, kereta api dan tongkang (barge). Sedangkan transportasi volume sedang umumnya menggunakan truk dan pada kondisi tertentu digunakan juga kereta api dengan rangkaian gerbong yang dapat dipisahkan. Sementara pada transportasi volume kecil sepenuhnya menggunakan truk. Tabel 2 memperlihatkan perbandingan volume pada berbagai moda transportasi yang umum digunakan (Sonka et al., 2000).
Tabel 1.
Pemilihan moda transportasi berdasarkan volume produk yang ditangani

Konfigurasi

Alternatif Moda Transportasi

Kontainer

Truk

Kereta api

Tongkang

Volume besar

Volume sedang

Volume kecil

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Sebagian

Kontainer

Ya

Terbatas

Tidak


Sumber: Sonka et al., 2000.

Pemilihan moda transportasi tentunya disesuaikan dengan karakteristik produk yang akan ditangani, volume produk yang akan diangkut, jenis alat transportasi dan fasilitas penyimpanan yang ada, serta kondisi geografi antara daerah sentra produksi dan sentra konsumsi. Sebagai negara agraris yang berbentuk kepulauan, idealnya Indonesia memiliki suatu terminal agribisnis yang melayani moda transportasi darat dan air dengan alat transportasi kereta api, kapal laut atau tongkang dan truk secara terpadu.

Tabel 2.
Perbandingan kapasitas angkut pada berbagai moda transportasi

Unit Kapasitas

Truk

Kontainer

Kereta 50 grb

Kapal tongkang

Vessel cepat

Vessel besar

Truk

1,0






Kontainer

4,0

1,0





Kereta 50 grb

198,4

50,0

1,0




Kapal tongkang

59,5

15,0

0,3

1,0



Kapal vessel cepat

1.312,3

330,7

6,6

22,0

1,0


Kapal vessel besar

2.187,2

551,2

11,0

36,7

1,7

1,0


Sumber: Sonka et al., 2000.


Transporasi Sungai di Thailand
Thailand merupakan negara agraris yang mengaplikasikan kemajuan teknologi untuk meningkatkan efisiensi terutama dalam proses produksi dan distribusi. Thailand nampaknya cukup piawai dalam memanfaatkan sungai, tidak hanya sebagai sarana distribusi/transportasi, tetapi juga sebagai obyek wisata yang menarik. Masyarakat Thailand menempatkan sungai di ”depan” bukan di ”belakang”. Sungai sebagai best view yang indah dan bersahabat dimana banyak hotel dan restoran menggunakannya sebagai back yard untuk menikmati keindahan alamnya. Gambar 1 memperlihatkan pemandangan restoran dari salah satu hotel yang letaknya saling berseberangan disisi sungai Chao Phraya.

Gambar 1


Hotel dan restoran dengan pemandangan sungai Chao Phraya

Di Thailand, sistem transportasi sungai menggunakan kapal tongkang (barges) menjadi pilihan utama untuk menekan biaya transportasi. Kebanyakan industri di Thailand dibangun di pinggir sungai Chao Phraya (sepanjang 370 km) untuk memudahkan dan menekan biaya transportasi. Gambar 2 memperlihatkan peranan sungai sebagai sarana trasnportasi yang murah, aman dan ramah lingkungan.

Transportasi sungai yang dikembangkan Thailand nampaknya cukup efektif dan efisien sebagai sarana transportasi barang-baranng ekspor sehingga mampu meningkatkan dayasaing produk di pasaran internasional. Setiap hari lalu-lalang sejumlah kapal tongkang mengangkut barang-barang perdagangan seperti beras, minyak, minuman, beton, barang tambang, maupun produk pertanian lainnya, mengindikasikan pentingnya peranan sungai sebagai sarana transportasi perekonomian modern. Kapal-kapal tongkang dengan kapasitas muat antara 400 ton hingga 600 ton tersebut ditarik menggunakan kapal ikan ataupun tag boat. Dengan adanya krisis energi, kini kebanyakan industri mulai meninggalkan penggunaan truk/trailer sebagai alat transportasi dan beralih ke transportasi sungai menggunakan kapal tongkang.

Gambar 2.
Transportasi sungai menggunakan kapal tongkang

Salah satu industri penggilingan padi modern yang menggunakan transportasi sungai adalah Siam Indica Co. Ltd. di propinsi Ang Thong. Industri ini dibangun dipinggir sungai Chao Phraya, mengolah beras pecah kulit menjadi beras sosoh dengan kapasitas produksi 4.000 sampai 5.000 ton per hari. Sementara proses pengolahan gabah menjadi beras pecah kulit dilakukan di pabrik penggilingan yang berlokasi di propinsi Ayuthaya. Beras yang dihasilkan diekspor ke berbagai negara di Asia, Afrika maupun Eropa. Transportasi beras dari pabrik menuju pelabuhan laut dalam (deep sea port) di pulau Sichan dilakukan dengan menggunakan transportasi sungai dengan alat transportasi berupa kapal tongkang (barges). Kapasitas muat kapal tongkang mencapai 600 ton atau setara dengan konvoi 60 truk dengan jarak tempuh sekitar 150 km. Beras dalam bentuk kemasan karung 50 kg dipindahkan dari pabrik menuju kapal tongkang dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor) seperti diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3
Pemindahan beras dari pabrik ke kapal tongkang menggunakan ban berjalan (conveyor)

Penutup
Indonesia sebagai negara kepulauan seyogyanya memiliki infrastruktur sistem transportasi yang memadukan transportasi moda darat dan air secara terintegrasi untuk membantu meningkatkan kemudahan akses, menekan biaya operasional dan mempertahankan mutu produk. Sistem transportasi sungai sebagai salah satu layanan angkutan yang aman, murah dan ramah lingkungan nampaknya perlu dikembangkan dalam menghadapi krisis energi dan untuk meningkatkan dayasaing produk pertanian. Produk pertanian seperti karet, kayu, minyak sawit mentah (CPO) maupun produk pertambangan seperti batubara dan lain-lain seyogyanya ditransportasikan melalui sungai, sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu lintas orang dan barang perdagangan antar daerah yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi daerah.
Permasalahannya, kondisi lingkungan di daerah aliran sungai (DAS) cukup memprihatinkan dimana terjadi penggundulan hutan terutama di daerah hulu, menyebabkan sungai pada musim kemarau mengalami pendangkalan atau bahkan kering sementara pada musim hujan airnya meluap hingga menjadi bencana. Dengan menempatkan sungai di ”depan” dan memanfaatkannya semaksimal mungkin, diharapkan dapat membangun kesadaran semua pihak untuk menjaga dan memeliharanya, baik kebersihannya (sampah dan buangan limbah industri) maupun kestabilan debit alirannya (mencakup luasan DAS dan vegetasi di daerah hulu).

Daftar Pustaka
  1. Economic & Engineering Study. 1972. Rice Storage, Handling and Marketing – The Republic of Indonesia. Weitz-Hettelsater Engineers. Missouri, USA.
  2. Seidler, E. 2001. Wholesale Market Development – FAO’s Experience. Paper prepared for the 22nd Congress of the World Union of Wholesale Markets. Durban, South Africa.
  3. Sonka, S., R.C. Schroeder and C. Cunningham. 2000. Transportation, Handling, and Logistical Implications of Bioengineered Grains and Oilseeds: A Prospective Analysis. USDA Agricultural Marketing. USA.
Sumber: http://rokhani.staff.ipb.ac.id/page/2/




ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA BANGKOK
25 Mei 2010


Saya ini belum khatam soal Bangkok. Masih banyak seluk, beluk, dan lekuk kota menawan itu yang belum saya kunjungi. Namun saya ingin berbagi beberapa hal mengenai cara berpindah dari satu tempat ke tempat lain di Bangkok, siapa tahu bisa membantu rekan-rekan yang hendak bepergian juga ke sana.

TAKSI
Bila tiba di suatu tempat yang belum pernah dikunjungi, kendaraan umum yang rasanya paling aman dan meyakinkan barangkali ya taksi. Taksi di Bangkok umumnya bagus-bagus, meskipun terkadang mobilnya sudah agak tua. Selain mobil sedan biasa, ada pula van, yang tentunya lebih nyaman bagi Anda yang pergi berombongan atau belanja banyak sekali.
Hanya saja, hati-hati. Seringkali taksi di Bangkok—seperti juga di Jakarta—ogah pakai argo. Mereka biasanya akan menawarkan harga tetap. Kalau Anda orangnya sangat hitung-hitungan, coba saja bersikukuh menggunakan argometer. Namun kalau Anda memang terbiasa memberi tip atau semacamnya kepada supir taksi, iyakan saja. Apa pasal? Kalau dikurs ke dalam rupiah, taksi di Bangkok sangat murah!
Misalnya saja, dari Shuvarnabhumi (bandara terbaru Bangkok yang keren sekali) ke Nana, Sukhumvit (daerah di tengah Bangkok yang menyenangkan sebagai tempat menginap) atau sebaliknya, supir bisa meminta 400-500 Baht. Dihitung-hitung, sekitar 120-150 ribu rupiah, padahal jarak yang ditempuh lumayan jauh. Pernah juga ketika kami naik taksi sehabis berpuas-puas mengarungi sungai di waktu malam, hendak pulang ke Nana yang cukup jauh dari hotel tempat kapal berlabuh, supir sengaja melambat-lambatkan taksi dan bahkan masuk jalur macet agar argonya menunjukkan 100 Baht… alias 30 ribu rupiah!
Yang perlu diwaspadai dari pengendara taksi (juga dari pengendara tuktuk) adalah tidak semua mengerti bahasa Inggris dengan cukup baik ataupun bisa membaca aksara Latin. Atau, kalaupun Anda merasa cukup percaya diri untuk membacakan alamat kepada supir, bisa-bisa Anda tidak dimengerti karena transliterasi aksara Thailand tidak bisa menggambarkan dengan tepat cara membaca dan cengkok bahasa Thai. Pernah saya mau bilang ‘Nana’ saja, supir taksi agak lama kebingungan, karena membaca ‘Nana’ itu ada cengkoknya sendiri (yang bisa Anda coba tiru dari suara pengumuman di BTS—lihat bawah).
Untuk amannya, carilah peta yang beraksara ganda (Latin dan Thai), atau sewaktu baru tiba di Bangkok, minta bagian informasi atau pengatur taksi untuk menuliskan alamat tempat Anda menginap dalam aksara Thai.
Pemandangan dari kursi belakang tuk-tuk


TUK-TUK
Tuk-tuk adalah semacam bajaj, namun biasanya kanan-kiri dan belakangnya terbuka, hanya terlindungi atap. Ini angkutan khas Thailand, dan juga salah satu cara menyenangkan untuk menjelajahi Bangkok. Supir biasanya bisa berbahasa Inggris meski secukupnya, dan mereka juga tahu banyak tempat kunjungan wisata yang pantas disinggahi. Dan yang jelas, tuk-tuk murah. Kami, bertiga, pernah diantar berkeliling ke sejumlah tempat dari Grand Palace sampai ke stasiun BTS Victory Monument hanya dengan harga 70 Baht alias 21 ribu-an—pengalaman ini akan saya kisahkan kali lain.
Hotel seringkali menyediakan tuk-tuk gratis ke stasiun BTS terdekat, jadi coba saja cek kalau-kalau layanan ini tersedia di hotel/penginapan Anda.
Hanya saja, bila Anda tidak tahan naik kendaraan kecil yang ngebut gila-gilaan, sebaiknya hindari saja tuk-tuk, bisa-bisa Anda mual gara-gara manuver luar biasa supirnya!
Salah satu stasiun BTS

BTS DAN SUBWAY
Bangkok pernah—dan masih—terkenal karena kemacetannya yang luar biasa. Namun sejak kehadiran BTS (layanan skytrain Bangkok) dan subway, keadaan itu lumayan bisa teratasi. Buat wisatawan, kedua kereta dalam kota ini bisa menjadi cara mudah dan murah berkeliling Bangkok ke beberapa tempat, karena stasiun-stasiun BTS dan subway ditempatkan di lokasi-lokasi strategis. Anda bisa mencapai tempat-tempat seperti Lumpini Park, pasar akhir minggu Chatuchak, mal superbesar Siam Paragon (salah satu tempat andalan kami mencari makanan halal), Hotel Asia tempat pertunjukan musikal waria, ataupun dermaga kapal hanya dengan menaiki BTS dan subway dan turun di stasiun-stasiun yang tepat. Saat ini ada dua jalur BTS (Sukhumvit dan Silom) dan satu jalur subway yang berpotongan di beberapa stasiun.
Saya ingat ada kisah tentang orang-orang Indonesia yang pergi ke Singapura namun tidak pernah menaiki MRT karena tidak tahu caranya. Nah, dengan tulisan ini, saya harap saya bisa membantu Anda yang hendak menaiki BTS ataupun subway.

Pertama-tama, tentu saja, datangi stasiun terdekat. Stasiun BTS terletak di atas jalanan, sehingga Anda perlu menaiki tangga atau eskalator dulu, yang terkadang lumayan tinggi. Stasiun subway, sebaliknya, berada di bawah tanah. Hati-hati, ada eskalator yang bergeraknya cepat sekali. Di stasiun-stasiun seringkali banyak jajanan yang menggoda untuk dicoba, dan peta terbaru jalur BTS dan sekitarnya juga tersedia gratis. Di beberapa stasiun juga ada kantor pariwisata yang bisa membantu Anda yang kebingungan sekaligus menjual kartu pos menarik (prangkonya bisa Anda beli di kantor pos atau 7 Eleven).

Sampai di stasiun BTS, lihat kode nomor yang diberikan untuk stasiun tujuan Anda. Semakin jauh tempat tujuan, semakin mahal harga tiket yang Anda harus bayar. Misalnya, katakanlah dari stasiun X ke Y Anda perlu membayar 15 Baht, dengan kode nomor 3. Di mesin tiket, tekan angka 3, lalu masukkan koin sejumlah 15 Baht. Jika Anda tidak punya koin, bisa tukar dulu di kasir. Akan keluar tiket magnetik yang harus Anda masukkan ke slot di pintu masuk. Tiket itu akan keluar lagi, dan harus Anda pegang sampai tiba di tempat tujuan, jangan sampai hilang. Di tempat tujuan, masukkan tiket itu lagi di pintu keluar agar pintu bisa terbuka. Kali ini, tiket tidak kembali ke tangan Anda, kecuali bila Anda pemegang kartu tiket terusan (yang juga bisa Anda beli di kasir).

Sistem pertiketan subway mirip BTS, hanya saja bentuk tiketnya adalah token bulat dan kecil. Saya justru ngeri betul dengan token ini, karena terasa mudah jatuh menggelinding dan hilang. Subway merupakan cara bagus untuk mengunjungi tempat-tempat seperti Queen Sirikit National Convention Centre, tapi maklum, namanya juga subway, tidak akan banyak pemandangan yang bisa Anda lihat selama perjalanan.

Salah satu pemandangan yang bisa terlihat
dari kapal yang melintasi Chao Praya.


RIVER CRUISE
Kalau mau gampang, dari tempat menginap naik taksi atau tuk-tuk saja ke Grand Palace, salah satu objek wisata wajib kunjung di Bangkok. Namun kalau mau pengalaman tersendiri yang tidak bakal terlupakan, cobalah tiket wisatawan untuk menyusuri Chao Praya!
Chao Praya, sungai terbesar di Bangkok, adalah urat nadi kota Bangkok sejak zaman dahulu kala. Banyak orang yang lebih memilih bepergian lewat sungai untuk menghindari macet. Bangunan-bangunan bersejarah, hotel-hotel nyaman, dan gedung-gedung penting banyak yang dibangun di kedua sisi Chao Praya. Oleh karena itu, memang kurang afdol rasanya ke Bangkok tanpa mencoba menyusuri sungai ini dan melihat pemandangan mengagumkan di kiri dan kanan sungai.

Naiklah BTS ke stasiun Saphan Taksin (kode stasiun S6). Turun dan keluar dari stasiun, langsung menuju dermaga dengan berjalan kaki. Di dermaga, Anda bisa membeli tiket untuk kapal yang berbeda-beda, namun untuk wisatawan, ada baiknya membeli tiket terusan sehari seharga 150 Baht (kurang-lebih 45 ribu). Dengan tiket tersebut, sejak pukul 9.30 sampai 15.00 Anda boleh berulang-kali naik-turun kapal dari satu dermaga ke dermaga lain. Bersama tiket, Anda juga akan memperoleh peta dan buku panduan yang menunjukkan objek-objek apa saja yang bisa Anda datangi di setiap dermaga.

Misalnya, bila ingin ke Grand Palace, naiklah dari Saphan Taksin menuju dermaga Maharaj/Tha Chang. Turun, tembuslah pasar yang ada di depan dermaga (sambil berbelanja juga, mungkin? Adik saya menemukan fedora berkualitas bagus dengan harga murah di situ), sampai di jalan besar, jalan ke kanan beberapa ratus meter, dan Anda sudah akan berada di kompleks Grand Palace, yang kapan-kapan akan saya ceritakan lebih lanjut.

Bila Anda tidak ada kegiatan khusus di malam hari, boleh juga berlayar sambil makan malam. Anda bisa mencoba bantuan orang hotel atau birowisata untuk memesankan tempat (yang, ngomong-ngomong, cukup mahal, namun sepadanlah dengan pengalaman yang Anda peroleh). Kapal biasanya akan berlayar bolak-balik menyusuri Chao Praya (dengan jarak tempuh yang lebih jauh daripada kapal turis siang hari), dan Anda bisa bersantap malam di dek atas sambil menyaksikan pemandangan malam yang mengesankan. Tidak perlu khawatir tidak bisa melihat apa-apa, karena bangunan-bangunan penting di sepanjang sungai sengaja disinari lampu sorot di malam hari, memberikan nuansa magis; perasaan yang Anda dapatkan akan berbeda dengan saat siang hari.

KERETA API
Direncanakan akan ada jalur kereta dari Shuvarnabhumi sampai ke dalam kota Bangkok, bersambung dengan BTS, namun sayang terakhir kali saya ke sana, jalur tersebut belum dioperasikan secara resmi. Mungkin kapan-kapan saya, atau Anda, bisa mencobanya.

BIS
Satu-satunya moda angkutan umum yang belum saya coba di Bangkok adalah bis, namun konon buat wisatawan memang bis umum kurang disarankan. Selain masalah keamanan, juga masalah kenyamanan. Mungkin Anda sudah pernah menaiki bis di Bangkok? Bagaimana menurut Anda?
Bagaimana? Semoga pengalaman yang saya bagi ini membantu Anda untuk berani menyusuri Bangkok sendiri dengan angkutan umum.

O ya, jangan lupa—senyum! Memperlihatkan kemarahan adalah tabu di Thailand. Dan seharusnya, mengingat di Bangkok kejahatan serius yang banyak terjadi paling-paling prostitusi dan pencopetan, masih lebih banyak alasan bagi Anda untuk terus tersenyum selama kunjungan Anda di Bangkok.
posted by Tante Guru

Sumber: http://lompatlompat.wordpress.com/2010/05/25/angkutan-umum-dalam-kota-bangkok/


MEMANDANG WAJAH BANGKOK DARI SUNGAI CHAO PHRAYA

Sungai Chao Phraya yang bersih dan tenang

Chao Phraya artinya sungai raja (River of Kings). Sesuai dengan namanya, Sungai Chao Phraya merupakan sungai terpanjang dan terpenting di Thailand, dengan panjang sekitar 372 kilometer. Sungai ini melintasi 20 provinsi di Thailand dan bermuara di Teluk Thailand. Sungai Chao Phraya merupakan pertemuan dari lima sungai kecil : Sungai Pa Sak, Sakae Krang, Nan, Ping, dan Tha Chin di daerah Nakhon Sawan yang berada di wilayah utara Thailand. Di sepanjang sungai yang membelah Kota Bangkok ini banyak terdapat Kuil Budha (dalam Bahasa Thai disebut Wat) yang cantik dan megah. Menyusuri Sungai Chao Phraya merupakan agenda wajib bagi para turis yang berkunjung ke Bangkok. Dengan naik perahu (kapal kayu) menyusuri Sungai Chao Phraya, Anda akan mendapatkan pengalaman yang seru dan bisa melihat Bangkok dari sudut yang berbeda.
Wat Arun (Temple of Dawn) yang megah di tepi Sungai Chao Phraya

Saya pun tak mau melewatkan kesempatan menyusuri Sungai Chao Phraya ketika liburan ke Bangkok tahun 2008 yang lalu. Saya sudah menjelajahi Bangkok dengan berbagai sarana transportasi darat, baik bus kota, kereta bawah tanah (subway/MRT), maupun skytrain (saya kesulitan mencari padanannya dalam Bahasa Indonesia). Jadi, tinggal sarana transportasi air/sungai (perahu) yang belum saya coba di Bangkok. Kebetulan saya menginap di sebuah hostel di Silom Road, nggak jauh dari Lumpini Park, sehingga untuk bisa menyusuri Sungai Chao Phraya saya harus naik skytrain dari Stasiun Sala Daeng dan turun di Stasiun Saphan Taksin.


Dermaga apung (pier) di tepi Sungai Chao Phraya

Begitu sampai di Stasiun Saphan Taksin, Anda akan melihat banyak tour operator yang menawarkan paket tur menyusuri Sungai Chao Phraya. Berbagai paket tur menarik ditawarkan kepada para turis dilengkapi dengan foto-foto yang indah. Sayangnya, berbagai paket tur tersebut harganya relatif mahal (lebih dari THB 1000). Bagi Anda yang baru pertama kali berkunjung ke Bangkok harus hati-hati. Jangan mudah tergoda dengan berbagai tawaran paket tur tersebut. Berjalanlah keluar stasiun, ke arah Sungai Chao Phraya, dan sampailah Anda di Dermaga Sathorn (Sathorn Pier), titik awal untuk menjelajahi Sungai Chao Phraya.


Setiap hari banyak perahu yang menyusuri Sungai Chao Phraya

Ada dua pilihan yang menarik untuk menyusuri Sungai Chao Phraya. Pilihan pertama, bagi Anda yang nggak mau repot dan nggak mau ambil risiko salah naik perahu, Anda bisa ikut perahu khusus turis, dengan membeli tiket one day river pass seharga THB 150 per orang. Tiket ini berlaku untuk satu hari penuh. Anda bisa naik turun perahu di dermaga mana saja yang Anda suka, selama Anda masih memegang tiket. Jadi tiketnya simpan baik-baik ya, jangan sampai hilang! Kalau Anda tertarik mengikuti tur ini, Anda harus menyisihkan waktu sekitar 4 jam (pulang pergi). Sebaiknya Anda datang ke Sathorn Pier pagi hari sehingga Anda lebih leluasa menjelajahi Sungai Chao Phraya dan bisa mampir ke berbagai tempat wisata menarik di pinggir sungai. Perahu untuk turis cukup besar, bisa mengangkut sekitar 120 orang, dan ada pemandu berbahasa Inggris. Perahu ini akan menyusuri Sungai Chao Phraya dan berhenti di beberapa dermaga yang dekat dengan tempat-tempat wisata.


Rama VIII Bridge, salah satu jembatan di atas Sungai Chao Phraya

Pilihan kedua, naiklah perahu reguler (public boat) bersama dengan Warga Bangkok dan para turis lainnya. Perahu ini beroperasi setiap hari, dari jam 06.00 hingga 19.30 (Senin sampai Jumat) dan dari jam 06.00 sampai jam 18.40 (Sabtu, Minggu, dan hari libur). Tarif public boat ini yang cukup murah, dari THB 9 sampai THB 30, tergantung panjang rute yang ditempuh. Inilah pilihan yang saya ambil. Sebagai backpacker yang suka tantangan dan nggak suka diatur-atur (sekalian bisa ngirit) saya memilih naik public boat supaya bisa berbaur dengan penduduk lokal dan para turis. Perahu ini merupakan salah satu sarana transportasi pen tingdi Bangkok. Warga Bangkok yang bekerja (berkantor) di pinggir Sungai Chao Phraya dan nggak ingin terjebak macet di jalanan Kota Bangkok, lebih memilih naik perahu daripada naik bus ataupun angkutan darat lainnya. Dengan naik public boat ini, kita bisa melihat Warga Bangkok yang cantik-cantik dan modis-modis. Rute public boat ini ada beberapa jalur : merah, hijau, kuning dan orange. Pilihlah yang orange, karena jalur ini akan singgah di Grand Palace dan Wat Pho. Jangan sampai salah naik perahu! Soalnya, kalau salah Anda akan terbawa ke tempat lain. Di setiap perahu ada bendera yang berwarna sama dengan warna jalurnya. Namun, Anda bisa salah naik karena pengumuman selalu menggunakan Bahasa Thai, bukan Bahasa Inggris.
Bila Anda memilih naik public boat, Anda tidak perlu membeli tiket di dermaga. Di atas perahu, ada kondektur (sebagian besar perempuan) yang akan menarik ongkos kepada Anda, persis seperti kalau kita naik bus kota di Indonesia. Carilah tempat duduk di bagian pinggir supaya bisa melihat pemandangan indah di sepanjang sungai dan mudah mengabadikannya dengan kamera Anda. Jangan pilih duduk di bangku paling depan kalau Anda tidak ingin terciprat air. Bila sungai sedang berombak ataupun berpapasan dengan perahu lain, penumpang yang duduk di bangku paling depan biasanya akan terciprat air sungai yang keruh. Namun, bila Anda naik perahu pas jam sibuk (jam berangkat dan pulang kantor), biasanya perahu sangat ramai dan penuh sesak. Jangan harap Anda bisa memilih tempat duduk yang strategis. Sebaliknya, bisa saja Anda tidak kebagian tempat duduk dan harus berdiri berdesakan dengan penumpang lain. Jadi nikmati saja, berdiri berdesakan di atas perahu sambil menyaksikan pemandangan menarik di sepanjang Sungai Chao Phraya. Syukur kalau kita berdesakan dengan turis ataupun cewek Thailand yang cantik. Walaupun harus berdiri lama di atas perahu,nggak masalah kan?


Salah satu hotel berbintang (The Peninsula Hotel) di tepi Sungai Chao Phraya

Perjalanan menyusuri Sungai Chao Phraya sangat menyenangkan. Apalagi sungai ini cukup luas dan bersih. Air Sungai Chao Phraya memang berwarna coklat keruh, karena sungai ini membawa endapan lumpur. Namun, sungai ini sangat bersih. Tak terlihat satupun sampah di permukaan sungai. Kalaupun ada, hanya tanaman enceng gondok di bebarapa tempat. Soalnya ada peraturan yang menyatakan, “barangsiapa membuang sampah di sungai akan dikenakan denda THB 20.” Alhasil, Sungai Chao Phraya pun bersih dan nggak bau. Saya benar-benar salut dan iri pada pemerintah Thailand yang bisa menjaga sungainya tetap bersih sehingga bisa menjadi tujuan wisata. Kapan ya, sungai-sungai di Indonesia bisa bersih dan tidak bau seperti Sungai Chao Phraya? Padahal Indonesia memiliki banyak sungai besar yang nggak kalah indahnya dengan Sungai Chao Phraya.


Grand Palace yang megah dan nggak pernah sepi turis


Reclining Giant Buddha in Wat Pho


Di sepanjang Sungai Chao Phraya Anda akan melihat berbagai pemandangan menarik, antara lain Grand Palace (Istana Raja Thailand), kuil-kuil Budha (Wat), hotel berbintang, pasar tradisional, dan beberapa jembatan yang cantik. Sebagai informasi, terdapat 15 dermaga (pier) di sepanjang Sungai Chao Phraya. Anda bisa turun di dermaga mana saja yang paling dekat dengan tempat tujuan Anda. Yang penting, jangan lupa membawa Peta Bangkok, agar Anda tidak nyasar ataupun salah turun dermaga. Di antara tempat-tempat menarik tersebut, yang menjadi favorit para turis ada 5 tempat yaitu : Wat Arun (Temple of Dawn), Wat Pho (Kompleks Kuil Budha dengan Patung Budha tidur yang sangat besar di dalamnya), Grand Palace, Wat Phra Kaew (satu kompleks dengan Grand Palace) dan The Royal Barges Museum. Kalau saya paling suka turun di Tha Tian Pier (dermaga N7) atau Tha Chang Pier (dermaga N8). Dari Sathorn Pier ke Tha Tian Pier atau Tha Chang Pier saya hanya perlu membayar THB 13 (sekitar Rp 3.700,00). Kedua dermaga tersebut paling dekat dengan Grand Palace Complex dan Wat Pho, tempat wisata paling terkenal di Bangkok, yang nggak pernah sepi turis. Dari Grand Palace ataupun Wat Pho, Anda bisa jalan kaki menuju tempat-tempat wisata lainnya yang nggak jauh dari kedua tempat tersebut. Ada Sanam Luang Park, National Museum, Phrasumain Fortress, Khao San Road (pusat backpacker di Bangkok), Wat Mahathat, dan Wat-Wat lainnya. Perlu Anda ketahui, untuk masuk ke berbagai tempat wisata tersebut, sebagian besar dipungut biaya. Namun, nggak mahal. Yang paling mahal adalah tiket masuk ke Grand Palace, THB 350. Untuk masuk ke Kuil Budha (Wat) sebagian besar gratis, kecuali Wat Pho (tiket masuknya THB 50).




Phrasumain Fortress

Bila sudah lelah berjalan, Anda bisa duduk-duduk di Sanam Luang Park sambil bermain-main dengan burung merpati yang banyak terdapat di sana. Kalau Anda ingin berfoto dengan dikerubutin banyak burung merpati, Anda tinggal beli sebungkus biji jagung dari para penjual yang ada di sana. Anda juga bisa membeli makanan dan minuman ringan dari pedagang asongan yang banyak berjualan di Sanam Luang Park.


Bermain-main dengan burung merpati di Sanam Luang Park

Untuk kembali ke hotel (setelah menjelajah Grand Palace, Wat Pho, dan Wat-Wat lainnya), Anda bisa memilih dermaga terdekat untuk naik perahu lagi sampai ke Sathorn Pier dan berjalan sampai Stasiun Saphan Taksin. Selanjutnya Anda tinggal naik sky train lagi menuju stasiun yang paling dekat dengan hotel Anda.

Dengan biaya yang murah meriah (tanpa ikut tur), Anda bisa menyusuri Sungai Chao Phraya dan menjelajahi tempat-tempat menarik di Bangkok. Anda bisa melihat wajah Bangkok yang berbeda di sepanjang Sungai Chao Phraya, bukan hanya jalanan Bangkok yang ramai dan macet. Jadi, bila Anda berkunjung ke Bangkok, jangan lupa untuk menyusuri Sungai Chao Phraya. Saya jamin, Anda akan mendapatkan pengalaman baru yang menakjubkan. (edyra)***

Sumber: http://edyraguapo.blogspot.com/2010/02/memandang-wajah-bangkok-dari-sungai.html



15 MENIT
13 Mei 2007

MULAI AKHIR MEI 2007, Ngantor Naik Kapal 15 Menit
Aliran sungai banjir kanal barat (BKB) yang melintasi Halimun-Dukuh Atas-KH Mas Mansyur, Jumat (11/5), tampak tenang. Warnanya coklat kekuning-kuningan. Tapi, sudah tak ada lagi sampah yang mengambang di aliran sungai sepanjang 2,4 kilometer tersebut.
Di kedua sisi sungai, sudah terpasang blok penahan air yang terbuat dari beton. Blok beton itu mirip tembok penahan air. Tujuannya tentu agar tanah di sepanjang tepi sungai tidak longsor. Sebab, kalau longsor, akan terjadi penyempitan sungai.

Sepintas, aliran sungai BKB Halimun-KH Mas Mansyur terlihat rapih meski tidak jernih. Di Halimun, sekitar 200 meter dari Stasiun Kereta Api (KA) Dukuh Atas arah Manggarai, tampak mencolok sebuah bangunan dermaga yang dicat warna hijau gelap. Dermaga berukuran 1x1 meter itu dilengkapi dengan tangga besi yang berputar dua kali untuk turun ke sungai.

Dermaga yang atapnya dibuat dengan nuansa Betawi itu tidak hanya di Halimun. Sebuah dermaga serupa dibangun di Dukuh Atas yang langsung terhubung dengan Stasiun Kereta Api Dukuh Atas. Satu dermaga lagi terlihat di aliran sungai BKB yang melintas Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang. Tiga buah dermaga itu sengaja dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai halte angkutan air (waterway).

Ya, mungkin warga Jakarta belum pernah membayangkan pergi kerja naik kapal sungai (bukan kapal laut). Tapi mulai akhir Mei, warga Jakarta sudah bisa ngantor naik kapal sungai. Khususnya bagi mereka yang melewati rute Halimun-Dukuh Atas-KH Mas Mansyur. Rute yang terkenal macet itu bisa ditempuh cuma dalam waktu 15 menit. Bayangkan kalau pada jam macet, jalur itu bisa ditempuh dalam waktu sejam.
Itulah buah dari kerja keras Pemprov DKI pimpinan Sutiyoso. Angkutan sungai merupakan salah satu transportasi alternatif untuk warga Jakarta sebagai bagian dari pola transportasi makro Jakarta selain busway, monorel yang mulai dibangun tahun 2008, dan nantinya kereta api bawah tanah (subway).

Dengan demikian, jika transportasi di Jakarta selama ini banyak beroperasi di darat, kini dibangun di atas air. Tepatnya, di aliran sungai BKB yang melintasi Halimun-Dukuh Atas-KH Mas Mansyur (2,4 km). Jalur ini akan dikembangkan hingga daerah Manggarai dengan total panjang 4,8 km. Dan jika Banjir Kanal Timur kelak selesai, angkutan sungai pun akan merambah ke sana.

Pemprov DKI kini sedang menyiapkan pengoperasian waterway tahap I ini. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso akan meresmikan peluncuran waterway ini pada akhir Mei 2007. Dinas Perhubungan DKI siap menerjunkan dua buah kapal penumpang setinggi 1,5 meter.
“Tapi, tahap awal kami akan operasikan satu kapal dulu. Kapasitasnya 20-25 penumpang pada akhir bulan ini,” kata Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono kepada Investor Daily di Jakarta, kemarin.

Kapal waterway nanti akan beroperasi pada Sabtu dan Minggu saja. Mengenai tarif masih dibicarakan karena harus mendapatkan persetujuan dari DPRD DKI. Sambil menunggu, Dinas Perhubungan akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum terkait pengendalian aliran sungai.

“Pengendalian ini penting. Karena kalau airnya terlalu surut, kapal bisa terdampar. Tapi, kalau terlalu naik, bisa terhalang oleh jaringan utilitas yang melintas di atas aliran sungai,” tutur Pristono.

Selain itu, kata dia, Dinas Perhubungan DKI juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pertamanan untuk mempercantik trotoar pejalan kaki (pedestrian) di sepanjang aliran sungai.
Waterway di Jakarta nanti mirip dengan di Bangkok, Thailand. Di ‘Negeri Gajah Putih’ itu, waterway menjadi salah satu andalan transportasi publik. Waterway terintegrasi dengan angkutan umum lainnya. Wajah waterway di Bangkok pun tampak cantik dengan tanaman-tanaman indah di sepanjang sungai dan restoran-restoran.

“Di Jakarta mirip dengan Bangkok, apalagi air sungai di Bangkok dan Jakarta sama-sama coklat. Tapi, di sini, kami akan jaga supaya tidak ada sampah,” ujar Pristono.
Jika berhasil, waterway di Jakarta nantinya akan dikembangkan seperti di Amsterdam. Selain berfungsi sebagai transportasi publik, waterway juga sebagai transportasi wisata. Untuk itu, dia berharap dukungan warga Jakarta supaya pembangunan waterway dapat direalisasikan mulai akhir Mei 2007.

Jalur Halimun-Dukuh Atas-KH Mas Mansyur rencananya hanya tahap awal. Semula, waterway bakal melintasi Manggarai-Halimun-Dukuh Atas-KH Mas Mansyur. Namun, karena terhalang jembatan jalan di Pasar Rumput dan Guntur di Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, pengoperasian waterway di jalur tersebut ditunda. (Jauhari Mahardikha).

Sumber: http://bataviawaterway.blogspot.com/2007/05/15-menit.html

b. Review
Kota Bangkok merupakan kota yang tidak terlepas dari masalah kemacetan. Sebelumnya, banyak keluhan kemacetan di Kota Bangkok pada jam berangkat dan pulang kerja bahkan sepulang dari beberlanja di mall, begitu keluar dari gedung, seseorang langsung dihadapkan pada kemacetan. (http://jack069.multiply.com/journal/item/419). Pada artikel di situs tersebut disebutkan bahwa hal tersebut terjadi pada sepuluh tahun lalu. Hasbullah (2010) menilai Thailand yang beribukota Bangkok memiliki kepiawaian dalam memanfaatkan sungai, yang mana pemerintah menempatkan sungai di “depan” bukan di “belakang”. Alat angkut transportasi sungai yang diterapkan di Bangkok, Thailand ialah kapal tongkat (barges) untuk menekan biaya transportasi (Hasbullan, 2010). Saran transportasi sungai di Thailand merupakan sarana yang aman, murah, dan ramah lingkungan (Hasbullah, 2010). Hasbullah juga menilai bahwa transportasi sungai di Thailand cukup efektif dan efisien sebagai sarana transportasi barang-barang ekspor sehingga mampu meningkatkan daya saing produk di pasaran internasional. Hasbullah menjelaskan bahwa kebanyakan industri di wilayah tersebut kini tidak lagi menggunakan truk/trailer sebagai alat angkut tetapi berali ke transportasi sungai menggunakan kapal tongkang. Salah satu industri tersebut ialah industri penggalian padi modern Siam Indica Co. Ltd di Provinsi Ang Thong (Hasbullah).

Sungai yang terkenal di Bangkok dialah Sungai Chao Praya. Sungai ini merupakan sungai terpanjang dan terpenting di Thailand (Edyra). Panjang sungai ini sekitar 372 Km. Alat angkut parwisata di sungai ini dimanfaatkan para pekerja di perusahaan pinggir Sungai Chao Phraya lebih memilih menggunakan perahu reguler daripada angkutan darat ke tempat kerjanya (Edyra) untuk menghindari kemacetan. Menurut Edyra, biaya angkutan peruahu ini tergolong murah dengan sistem penarikan biaya seperti penarikan di bus-bus umum di Indonesia. Edyra menyatakan bahwa sungai tersebut sangat bersih, tidak ada sampah bahkan ada penetapan denda bagi pembuang sampah.

c. Penerapan
Pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi dapat saja diterapkan di Indonesia khususnya Kota Banjarmasin. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sungai-sungai di Indonesia terutama Kota Banjarmasin. Namun, penerapan tersebut mengalami berbagai masalah meliputi penurunan budaya masyarakat terhadap penggunaan transportasi sungai dan banyaknya sampah yang mengotori sungai.



BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari makalah ini ialah:
1. Kemacetan di Kota Banjarmasin perlu penanganan serius
2. Sungai di Kota Banjarmasin berpotensi untuk diterapkan sistem seperti pada Sungai Chao Phraya, Bangkok tetapi masih terdapat beberapa kekurangan

4.2 Saran
Kepada pemerintah:
1. Pemanfaatan sungai diarahkan pada tranportasi
2. Pelestarian sungai
3. Usaha-usaha pembersihan sungai dilakukan

Kepada masyarakat:
1. Melakukan pelestarian sungai
2. Membersihkan sungai

Untuk penelitian selanjutnya:
1. Adanya pembahasan lebih detail tentang potensi sungai di Kota Banjarmasin
2. Adanya telaah tentang sejauh mana pergeseran budaya bertransportasi masyarakat setempat
3. Adanya telaah tentang penerapan angkutan umum yang cocok agar tercipta transportasi sungai yang ramah lingkunga


DAFTAR PUSTAKA

  1. Bahtimi, Yusuf. 2009. Banjarmasin; Venesia dari Nusantara, Akankah Terwujud? http://edukasi.kompasiana.com/2009/11/04/banjarmasin-venesia-dari-nusantara-akankah-terwujud/ (diakses tanggal 21 November 2010).
  2. Callista, Andrie. Kemacetan Kota Banjarmasin. http://mahasiswaberkata.blogspot.com/2009/12/kemacetan-kota-banjarmasin.html (diakses tanggal 20 November 2010).
  3. Chahaya S., Indra. 2003. Pegendalian Pencemaran Udara Melalui Penanganan Emisi Gas Buang Kendaraaan Bermotor. Medan: Universitas Sumatera Utara.
  4. Edyra. Memandang Wajah Bangkok dari Sungai Chao Phraya. http://edyraguapo.blogspot.com/2010/02/memandang-wajah-bangkok-dari-sungai.html (diakses tanggal 21 November 2010).
  5. Fitriadi, A.M. Hamsin. 2007. Sungai di Banjarmasin. http://pspsejfu.wordpress.com/2007/10/03/sungai-di-banjarmasin/ (diakses tanggal 21 November 2010).
  6. Fachrie, Hanif Noer & Fani, Novia Alverina. 2007. Penggunaan Sungai dan Kanal Untuk Tranportasi di Kota Bangkok. http://www.slideshare.net/omcivics/penggunaan-sungai-dan-kanal-untuk-transportasi-di-kota-bangkok (diakses 20 November 2010).
  7. Goodwin, Phil. 1996. Road Traffic Growth and The Dynmic Of Sustainable Tranport Policies. Dalam Bryan Cartledge (Ed.), Transport and The Environtment: The Linacre Lecture 1994-5 (hlmn 6-22). Oxford: Oxford University Press.
  8. Hasbullah, Rokhani. 2010. Transportasi Sungai – Potensi yang Terabaikan. http://rokhani.staff.ipb.ac.id/page/2/ (diakses tanggal 21 November 2010).
  9. Kassens, Eva. 2009. Editorial: Planning For Sustainable Tranportastion: An Interntional Perspektive. Sustainable Traportation, An International Perspektif. http://web.mit.edu/dusp/dusp_extension_unsec/projections/issue_9/issue_9_final.pdf (diakses 21 November 2010).
  10. Mahardika, Jauhari. 2007.
  11. Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi. Jakarta: Erlangga.
  12. Napitulu, Richard & Bangun, Filiyanti T.A. 13 November 2004. Kemacetan Lalulintas di Kota Medan-Serius. Waspada, hlm. 4.
  13. Narti. 10 Januari 2010. Pemakai Badan Jalan Pemicu Arus Kemacetan. Kalimantan Post. http://sijaka.wordpress.com/2010/01/10/pemakai-badan-jalan-pemicu-arus-kemacetan/ (diakses tanggal 20 November 2010).
  14. Nasution, M. Nur. 2004. Manajemen Tranportasi: Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
  15. Ndolu, Semi. 2010. Dampak Ekonomi dari Kemacetan.
  16. Sapta, Rendi Dwi. 2009. Analisa Dampak Kemacetan Lalu Lintsa Terhadap Sosial Ekonomi Pengguna Jalan Dengan Contingent Valuation Method (CVM): Studi Kasus Kota Bogor, Jawa Barat. Skripsi tidak dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
  17. Sari, Rizki Permata. 2006. Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapuran Kota Banjarmasin. Tesis tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro.
  18. Soemarwoto, Otto. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  19. Steg, Linda & Gifford, Robert. 2005. Sustainable Transportation and Quality of Life. Journal of Transport Geography. XIII: 59-69.
  20. Sudi. 14 Agustus 2010. Wali Kota Ditunggi Selesaikan PR Kota Banjarmasin. Banjarmasin Post Online. file:///C:/Documents%20and%20Settings/LENOVO/Desktop/MAKALAH%20PT/kemacetan/hubungikami.htm (diakses tanggal 21 November 2010).
  21. Sumadi. 2006. Kemacetan Lalulintas pada Ruas Jalan Veteran Kota Brebes. Tesis tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro.
  22. Widiantono, Doni J. Edisi Mei-Juni 2009. Green Transport: Upaya Mewujudkan Transportasi yang Ramah Lingkungan. Buletin Tata Ruang, hlm. 32-35.
  23. 5 Oktober 2010. Jalur Lambat Bakal Sia-Sia. Radar Banajrmasin. http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/berita/detail/36/5956 (diakses tanggal 21 November 2010).
  24. 22 November 2008. Atasi Kemacetan, Banjarmasin Hidupkan Lalu Lintas Sungai. Bartio Post. http://www.kalselprov.go.id/berita/atasi-kemacetan-banjarmasin-hidupkan-lalu-lintas-sungai (diakses tanggal 21 November 2010).
  25. 29 Nopember 2009. Jalan Layang Urai Kemacetan Kota Banjarmasin. Koran Jakarta. http://www.koran-jakarta.com/berita-detail-terkini.php?id=22304 (diakses tanggal 20 November 2010).
  26. Banjarmasin Segera Memiliki Jalan Lingkar Penuh. 2008. http://berita.kapanlagi.com/ekonomi/nasional/banjarmasin-segera-miliki-jalan-lingkar-penuh-wcicmc2.html (diakses tanggal 20 November 2010).
  27. Pedoman Kriteria Tranportasi. http://langitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/pedomankriteria.pdf?PHPSESSID=b42c4ed08b84f3cf91a9a7c66145cf29 (diakses 19 November 2010).
  28. http://alumni4.wordpress.com/2010/01/27/banjarmasin-kota-impian/ (diakses tanggal 20 November 2010).
  29. http://banjarmasinkota.bps.go.id/?set=viewDataDetail&flag_template2=1&id_sektor=35&id=46 (diakses tanggal 21 November 2010)
  30. http://jack069.multiply.com/journal/item/419 (diakses tanggal 21 November 2010).
  31. http://kt.hostei.com/1_8_issues-and-themes.html (diakses 19 November 2010)
  32. http://lompatlompat.wordpress.com/2010/05/25/angkutan-umum-dalam-kota-bangkok/ (diakses tanggal 21 November 2010).
  33. http://www.nos.org/Secbuscour/cc10.pdf (diakses 20 November 2010).
  34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan Di Perairan.
Comment Back Myspace Comments